Saturday, November 28, 2009

Ayahku Sayang Ayahku Malang

Kenapa orang bisa sakit jantung? Apa karena sering dikagetin? Apa karna faktor keturunan? Apa karna org itu terlalu gemuk? Ataukah karna sering makan pisang? Halah
Yang jelas smwny salah.

 
Saya kasihan melihat orang yg punya penyakit jantung. Ada yg bilang karena jantungnya kelainan, jd dia jantungan. Kasihan..
Waktu serangan jantung menyerang, dada rasanya sesak banget. Ga bisa napes, pegel2, dsb. Ayah saya merasakan itu.
 

Tepat 2hari sebelum lebaran 3tahun yg lalu, kalo tidak salah tanggal 22 Oktober 2006, kurang lebih jam 02:00 am, mama bangunin kakak yg lagi tidur pulas dengan damai dikasur empuk bareng sama saya, "Dila, ke kamar mama, jagain ayah, mama mau nelfon bang sukri buat anter ayah ke rumah sakit."
Kontan Dila langsung bangun, kaget, dan berlari ke kamar mama. Mama pun bergegas menelfon bang sukri yg senantiasa setia mengantar jemput anggota keluarga saya bilamana ingin pergi dan tak ada yg mengantar, maklum semua anggota keluarga berjenis kelamin perempuan, kecuali ayah saya, jd belum bisa bawa mobil waktu itu, lgpula kita tak ada yg punya sim kecuali ayah saya yg sedang sakit.

 
Dila langsung tersentak hatinya setelah melihat ayah yg sedang duduk bersender di kasur dengan wajah pucat pasi sambil memeras dadanya yg sesak. "Ayah, ayah kenapa?" "Ayah sakit? Tahan ya yah. Bentar lagi bang sukri datang." "Sabar ayah." "Astaghfirullah alazim." Itu kata2 yg Dila ucapkan pada Ayah, dan tak satupun dari kata2nya itu yg dijawab oleh ayah. Ayah hanya merintih kesakitan. Tangan kanan ayah memegang dadanya dengan erat, dan tangan kiri ayah mulai perlahan menelusuri kasur mencari tangan Dila yg sedang panik.
 

"Dilaaa, ayaaah sakiiiiit." itu kata2 yg pertama kali ayah ucapkan setelah sekian lama memegang tangan Dila. Air mata menetes di pipi Dila. Ia tak bisa berkata apa2 lagi.
Ayah: "Dil, tanah ayah yg di parung sebelah rumah pak Haji jangan dijual ya."
Dila: "Ayah apaan sih! Ngomongnya kayak gitu. Emangnya kenapa yah?" (Masih berlinang air mata)
Ayah: "Soalnya itu tanah orang."
Mau tak mau Dila tertawa namun masih dalam suasana duka. Walau ayah sedang sekarat, ia masih sempat memikirkan anaknya, ia tak ingin anaknya merasa sedih karena dia. Beliau yg sedang sekarat menenangkan hati kakak.
 

Ayah merasa ajalnya akan datang sebentar lagi. Ia merasakan, seperti seutas tali yg menghubungkan krongkongannya dengan paru2nya putus seketika dan matanya tiba2 tidak bisa melihat apa2, gelap, hitam. Namun lama kelamaan, ada cahaya samar2 yg datang dan ia melihat mama sedang menangis menatapnya.
 

Bantuanpun datang. Ayah langsung dilarikan ke rumah sakit Tr** D**a, Ayah berjalan dibopong oleh bang sukri dan satpam setempat. Mama bergegas ke resepsionis. Namun pihak rumah sakit berkata tidak bisa membawa ayah ke ruang UGD karena biaya yg dibutuhkan sebesar sekitar 10juta rupiah, dan harus kontan, sedangkan mama hanya membawa kayanya sih 5jt rupiah. Mama: "Tolong bawa suami saya ke ruang UGD sekarang, ia sedang sekarat! Sekarang juga saya akan ke Bank 24 jam (emang ada ya?)."

Resepsionis: "Tapi bu, harus ada uangnya dulu baru bisa dibawa ke ruang UDG. Lagipula jarang bu ada bank yg buka 24 jam disekitar sini."
Mama: "Itu anda sudah tau! Sakit suami saya tidak bisa ditunda sampai Bank itu buka, mas!"
Resepsionis: "Tapi ini sudah peraturannya ibu."


Akhirnya Mama merasa kesal, merekapun pergi mencari rumah sakit lain yg lebih memiliki rasa manusiawi. Dan sampailah mereka ke rumah sakit Te**t. Untungnya, Alhamdulillah, rumah sakit itu bersedia merawat ayah sebelum biaya rumah sakit lunas dibayar.
Pagi harinya, setelah sholat subuh saya baru diberi tahu oleh kakak bahwa ayah sedang sekarat diruang UGD. Air mata menetes tak terbendung lg, berdo'a ku pada Allah, meminta pertolongannya. Dan bergegas ke rumah sakit.


Ayah belum boleh dibesuk. Sementara itu, mama bercerita semua yg terjadi semalam.
Faiza: "Kenapa ngga bangunin ade mam? Ade kan mau jagain ayah juga."
Mamah: "Ayah bilang, bangunin teteh dila aja, karna ayah tau kamu pasti nangis sesegukan melihat ayah yg sedang sakit. Ayah ngga mau ngeliat kamu nangis."
Faiza: "Ayaaaah, huhuhuaahu"
 

Seharian itu kami belum diperbolehkan membesuk ayah.
sampai Ayah dipindahkan ke ruang ICU, sekitar setelah seharian penuh berada di UDG, barulah kami boleh menjenguknya, walau ayah belum bisa berbicara dengan lantang seperti biasanya.
 

Hari IdulFitri pun tiba, dan seluruh keluarga Rumley (bc: Romli, dikeren2in dikit, ahaha) menjenguknya, mendoakannya.
Faiza: "Ayah, udah baean?"

Dila:...
Sipa: "Ayah..."
Ayah: "Eh, ade, dila, sipa. Ayah ngga apa2 ko, haha, cuma cape."
Kita semua udh tw penyakit ayah, ayah ngomong kaya gitu cuma membuat kami semua tenang, tapi itu tak berhasil. Saya tak bisa lagi menahan tangis, saya pun menangis didepan beliau. Dila, sipa, mama, nenek jg ikut menangis.
 

Ayah: "Hush, ade, ga boleh nangis. ayah sehat2 aja ko, tuh liat!"
Faiza: "Iya. Ayah sehat." (Tetap menangis)
Ayah: ... (Yaaah, nangis jg si Ayah)
Ternyata ayah dari tadi menahan tangis, cuma saya rasa beliau hanya tak ingin orang lain khawatir.
 

Dan semenjak itu sampai sekarang, kurang lebih sudah 2tahun ayah minum obat jantung, makanannya jg harus sangat dijaga. Tidak boleh makan makanan yg digoreng, yg mengandung byk kolesterol, dll. banyak sekali pantangannya.
Kadang dirumah sedang tidak masak makanan yg direbus, dan cuma ada telur rebus, Ayah hanya makan nasi dan telur itu 1, itu pun hanya bagian putihnya saja, karena Ayah jg tidak boleh makan kuning telurnya.
Waktu itu jg pernah, ayah hanya makan nasi dan bawang bombai dari teriyaki hokben, sedangkan saya sekeluarga memakan gorengan dan teriyaki hokben dengan lahap. kasihan...
 

Ayah: (Minum obat)
Faiza: "Ayah masih sakit ya? Kapan ayah sembuh?"
Ayah: "Kalo jantung ga bisa sembuh de. makanya itu, biar ga kumat, ayah jaga makanan ayah."
Saya tak tahan mendengar kata "ga bisa sembu". tak bisa saya bayangkan Ayah yg sudah tua meminum obat setiaphari sampai ia menjadi kakek2, tiada hari tanpa minum obat, tiada hari tanpa sakit.
Saya langsung pergi ke atas, ke kamar saya, sholat, dan menangis, meminta Allah untuk mencabut penyakit Ayah, sehingga ayah tak perlu minum obat lagi, tak perlu merasa sakit lg.
 

Ayah saya memang seorang ayah yang hebat. Beliau tak pernah putus asa. Beliau sangat sabar menunggu mukjizat Allah. Ayah adala ayah kebanggaan saya. Sayang Ayah!
By the way, emang bener ya, penyakit jantung ga bisa disembuhin?

No comments:

Post a Comment